Cerita kali ini, aku hendak mengulas kisah di Jakarta pada hari Sabtu.
Hari Sabtu dan Ahad sebenarnya aku banyak nganggurnya karena memang kantor yang
hendak ku tuju libur semuanya. Begitulah kehidupan di kota. Sabtu Minggu
jadwalnya libur. Aku ada rencana ke perpsutakaan PBNU dan ke kantor Kemenag.
Karena dua tempat ini libur, aku urung yang pergi ke sana.
Pada hari itu, aku banyak mengetik atau menulis saja. Cerita
sehari-hari. Menulis di laptop yang aku pinjem ke Mas Syahrul. Dengan kemudahan
mengetik di laptopnya, ternyata tak membuat aku langsung produktif. Memang sih
catatan yang ku tulis saat itu, pada hari catatan di Jakarta jumat lumayan
panjang. Ada 8 halaman kawan.
Hari itu, barangkali penduduk sekretariat mulai mengetahui kisah uangku
yang hilang itu. Aku bermula cerita ke Bang Basit, Mas Syahrul. Dari Bang
Basith ini lah, informasi ini mulai tersebar. Mas Zaka, Bang Luki dan Pak
Guntur pun akhirnya tahu.
Oh ya, Pak Guntur ini adalah pegawai MANJ saat aku duduk di bangku
Aliyah dulu. Ia bagian penjaga perpustakaan. Saat ini ia kuliah S2 di Jakarta. Saat
tahu kisah sedihku ini, Pak Guntur menyayangkan kejadian tersebut.
Hari Sabtu, aku berencana ziarah ke Makam Habib Kwitang, berniat
menyampaikan salam mudir pada beliau. Sekaligus mau ngaji disana. Berlama-lama.
Jadi rencananya aku ditinggal di makam itu, di daerah Cikini yang jaraknya
sekitar 1 km dari Tebet. Nanti kalau sudah selesai ngajiku, aku minta jemput.
![]() |
| Jalanan Jakarta Yang Sangat Sibuk |
Tapi takdir berkata lain, aku diajak Pak Guntur malam itu. Ia juga
sekalian ziarah juga. Jadi aku ngaji sebentar saja di sana. Cukup Yasin dan
surat al-Mulk, berdoa setelah itu selesai.
Aku diajak ngopi di daerah Kramat Sentiong NU. Di daerah ini, selain
ngopi, Pak Guntur sekaligus nostalgia 3 bulan ngekos awal-awal di Jakarta. Pak
Guntur cerita awal-awal perjuangannya di Jakarta. Dari ditipu teman, nangis di
jalanan, gabut jalan-jalan di trotoar sampai ia pernah disamperin orang-orang
untuk diajak gitu-gituan. Hah.
Kehidupan Jakarta adalah kehidupan yang sangat tampak ketimpangan
sosialnya. Kehidupan yang tampaknya seru dan mengasyikkan. Hidup
individualistik dan orang lain tak peduli dengan urusan orang lain pula. Asyik
sendiri. Tapi, justru kehidupan seperti ini memberikan bias negatif. Perzinahan
dan pacaran di mana-mana, orang kelaparan hingga sulit mencari makan serta
tempat tinggal dibiarkan begitu saja. Jangankan mau nolong, kadang hidupnya
sendiri saja susah. Hidup yang cuek-ceuk saja. Begitu kira-kira.
Cewek cantik, pakai rok pendek dan hal-hal yang menggugah birahi ada di
mana-mana. Tampak nyata di tempat-tempat umum. Ya Allah, ini manusia lho
bukan malaikat. Hal-hal seperti ini sangat menggoda wahai kaum hawa.
Oh ya, malam itu, jujur saja, aku bisa melihat tingkah laku Pak Guntur
ini sepertnya ingin menghiburku. Aku malam itu diajak keliling Jakarta. Dari
undangan HI, melewati Monas, melewati kantor-kantor pusat pemerintahan Indonesia,
seperti kantor para menteri-menteri dan lain sebagainya.
Aku berterimakasih sekali malam itu. Terimakasih Pak Guntur. Aku
keliling Jakarta, malam itu cukup lama. Cari angin malam. Aku sampai di Sekretariat
P4NJ sekitar pukul 01.00 dini hari. Aku langsung persiapan untuk istirahat. Tidur
di sini. Sekali lagi, terimakasih banyak nggh~
![]() |
| KRL Lagi Sepi Gais. Ini fotonya siang hari. Barangkali banyak yang kerja, akhirnya sepi kalau siang. |



0 Komentar