Trending

6/recent/ticker-posts

Cerita di Jakarta : Sabtu, Dari Menulis Hingga Keliling Jakarta (3/5)


Cerita kali ini, aku hendak mengulas kisah di Jakarta pada hari Sabtu. Hari Sabtu dan Ahad sebenarnya aku banyak nganggurnya karena memang kantor yang hendak ku tuju libur semuanya. Begitulah kehidupan di kota. Sabtu Minggu jadwalnya libur. Aku ada rencana ke perpsutakaan PBNU dan ke kantor Kemenag. Karena dua tempat ini libur, aku urung yang pergi ke sana.

Pada hari itu, aku banyak mengetik atau menulis saja. Cerita sehari-hari. Menulis di laptop yang aku pinjem ke Mas Syahrul. Dengan kemudahan mengetik di laptopnya, ternyata tak membuat aku langsung produktif. Memang sih catatan yang ku tulis saat itu, pada hari catatan di Jakarta jumat lumayan panjang. Ada 8 halaman kawan.

Hari itu, barangkali penduduk sekretariat mulai mengetahui kisah uangku yang hilang itu. Aku bermula cerita ke Bang Basit, Mas Syahrul. Dari Bang Basith ini lah, informasi ini mulai tersebar. Mas Zaka, Bang Luki dan Pak Guntur pun akhirnya tahu.

Oh ya, Pak Guntur ini adalah pegawai MANJ saat aku duduk di bangku Aliyah dulu. Ia bagian penjaga perpustakaan. Saat ini ia kuliah S2 di Jakarta. Saat tahu kisah sedihku ini, Pak Guntur menyayangkan kejadian tersebut.

Hari Sabtu, aku berencana ziarah ke Makam Habib Kwitang, berniat menyampaikan salam mudir pada beliau. Sekaligus mau ngaji disana. Berlama-lama. Jadi rencananya aku ditinggal di makam itu, di daerah Cikini yang jaraknya sekitar 1 km dari Tebet. Nanti kalau sudah selesai ngajiku, aku minta jemput.

Jalanan Jakarta Yang Sangat Sibuk


Tapi takdir berkata lain, aku diajak Pak Guntur malam itu. Ia juga sekalian ziarah juga. Jadi aku ngaji sebentar saja di sana. Cukup Yasin dan surat al-Mulk, berdoa setelah itu selesai.

Aku diajak ngopi di daerah Kramat Sentiong NU. Di daerah ini, selain ngopi, Pak Guntur sekaligus nostalgia 3 bulan ngekos awal-awal di Jakarta. Pak Guntur cerita awal-awal perjuangannya di Jakarta. Dari ditipu teman, nangis di jalanan, gabut jalan-jalan di trotoar sampai ia pernah disamperin orang-orang untuk diajak gitu-gituan. Hah.

Kehidupan Jakarta adalah kehidupan yang sangat tampak ketimpangan sosialnya. Kehidupan yang tampaknya seru dan mengasyikkan. Hidup individualistik dan orang lain tak peduli dengan urusan orang lain pula. Asyik sendiri. Tapi, justru kehidupan seperti ini memberikan bias negatif. Perzinahan dan pacaran di mana-mana, orang kelaparan hingga sulit mencari makan serta tempat tinggal dibiarkan begitu saja. Jangankan mau nolong, kadang hidupnya sendiri saja susah. Hidup yang cuek-ceuk saja. Begitu kira-kira.

Cewek cantik, pakai rok pendek dan hal-hal yang menggugah birahi ada di mana-mana. Tampak nyata di tempat-tempat umum. Ya Allah, ini manusia lho bukan malaikat. Hal-hal seperti ini sangat menggoda wahai kaum hawa.

Oh ya, malam itu, jujur saja, aku bisa melihat tingkah laku Pak Guntur ini sepertnya ingin menghiburku. Aku malam itu diajak keliling Jakarta. Dari undangan HI, melewati Monas, melewati kantor-kantor pusat pemerintahan Indonesia, seperti kantor para menteri-menteri dan lain sebagainya.

Aku berterimakasih sekali malam itu. Terimakasih Pak Guntur. Aku keliling Jakarta, malam itu cukup lama. Cari angin malam. Aku sampai di Sekretariat P4NJ sekitar pukul 01.00 dini hari. Aku langsung persiapan untuk istirahat. Tidur di sini. Sekali lagi, terimakasih banyak nggh~

KRL Lagi Sepi Gais. Ini fotonya siang hari. Barangkali banyak yang kerja, akhirnya sepi kalau siang.


 


Posting Komentar

0 Komentar