Sebagaimana catatan
BMs sebelumnya, pada keesokan harinya atau pada hari ini (Rabu, 20 Juli 2022),
aku akan masuk bantu-bantu di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Jadid. Seharusnya
aku dan Anam kesana bersama, tapi dia pagi tadi sakit. Akhirnya aku berangkat
sendirian menggunakan celana.
Rencananya kami
sepakat mau pakai sarung, karena Anam tidak ada celana yang cocok untuk
digunakan sebagaimana yang dipakai para guru ketika masuk ke sekolah itu, kamipun
sepakat pakai sarung saja. Sedangkan yang ada celananya itu hanyalah aku.
Masak kami
berangkat bareng, sedangkan aku pakai celana dan Anam pakai sarung. Tidak juga
kan ? Biar bareng. Biar sama dan biar Anam ada temannya.
Pagi tadi, aku
tidak mandi. Hahaha. Karena tadi garap tulisan, lalu kira-kira sepuluh menit sebelum jam setengah delapan, aku persiapan. Nasi bungkusan
dari dhalem sebenarnya sudah ada. Tapi tadi aku tidak sarapan. Takut telat.
Hari Rabu ini adalah hari perdana aku masuk. Masak mau telat ?
Akhirnya aku tidak
sarapan. Persiapan seadanya dan berangkat. Disana aku langsung bertemu Pak
Salehuddin. Kepala MTs yang kemarin ke pondok. Aku langsung diarahkan ke
kantor. Duduk-duduk di ruang tamu. Disitu sudah ada seorang laki-laki tua yang
kemudian aku berbicang-bincang padanya.
Duh, aku lupa
namanya. Cukup ramah dan aku cukup akrab padanya. Setiap kali bertemu, kami pun
saling sapa. Tadi ba’da maghrib saat menghadiri tahlilan di tetangga ini, aku
bertemu beliau lagi. Kami saling sapa dan aku pun bersalaman pada bapak itu.
Hari pertama masuk
lembaga itu, aku tidak langsung disuruh ngajar. Hal ini berbeda sekali dengan
pengalaman Topek di SMK. Katanya, ia tadi disuruh ngajar dasar-dasar komputer. Bhahaha.
Kata Anam, “kok
bisa Topek disuruh ngajar dasar-dasar komputer, sedangkan di Ma’had Aly, ia
jurusan dapur dan pembangunan”. Wkwkwk.
Tadi aku di suruh
desain struktur dan jadwal piket kelas. Guru-guru itu minta didesainkan dengan ukuran
80 x 100 cm. Seperti biasa, aku desain saja pakai canva. Di ruangan itu aku
tidak sendirian. Ada dua orang guru perempuan yang tidak aku kenal dan seorang
guru laki-laki. Ia bernama Pak Zainullah. Biasa dipanggil Pak Zen.
Jadi tugas desain
itu, selain dari Ust. Udin, juga bersumber dari Pak Zen. Tadi ia minta nomer WA-ku
dan ia langsung mengirim file berisi struktur dan jadwal piket. Tadi cukup lama
desain proyeknya. Soalnya kan perdana dan aku belum pernah desain sebagaiamana
dua proyek itu.
Pukul setengah dua
belas tiba. Para siswa MTs Nuru Rahmah persiapan melaksanakan sholat dzuhur
berjama’ah. Pak Zen lalu pulang. Tampaknya ‘ngantor’ hari ini selesai. Aku pun
ditanya Ust. Udin, selesai tidaknya. Ditawarin untuk pulang dan naik sepeda
bersama. Maksudnya, aku diantarkan ke pondok pakai sepedanya. Aku mengiyakan
saja.
Sesampai di pondok,
aku langsung buka nasi bungkusan tadi pagi. Belum ku makan. Aku lapar. Saat ‘ngantor’
tadi, aku mau izin ke pondok untuk sarapan tapi tidak enak. Sekali lagi aku
tidak enak. Izin-izin begitu.
Selain itu,
pengalaman hari ini adalah aku tadi ngajar ke TPQ Al-Mahasin atas instruksi
Ust. Udin. Aku tidak sendirian. Aku bersama Ust. Taufiq Sidogiri ke TPQ pakai
sepeda smash milik Gus Hadi yang biasa digunakan pengurus untuk keperluan
pondok.
Aku mengajar di
kelas yang saat itu materinya adalah menulis bahasa arab. Anak-anak yang masuk
kelas itu hanya sedikit. Empat perempuan dan tiga orang laki-laki. Kata salah
satu dari mereka, sebenarnya murid kelas ini banyak, tapi banyak yang tidak masuk
karena ada tetangga yang sedang ada hajatan. Entah itu pernikahan atau
tunangan.
Sebenarnya aku
tidak ada jam mengajar di TPQ, tapi berhubung siang itu oleh Ust. Udin kami
disuruh ke sana untuk mengajar, akhirnya kami berdua berangkat. Kata Ust. Udin,
guru-guru disini tidak masuk semua karena menghadiri acara tetangga.
Mengajar anak-anak
harus ekstra sabar memang. Semenjak baru masuk hingga kelas berakhir, anak-anak
ini tidak luput dari teriak-teriak saling menyalahkan antara laki-laki dan
perempuan. Aku coba memahami dan memaklumi sambil berdo’a dalam hati: semoga
jadi generasi-generasi Islam yang membanggakan.
Selesai mengajar,
aku dan Ust. Taufiq diberi sebuah kresek yang berisi makanan ringan, mi dan air
oleh anak kecil yang ada di luar kelas. Aku tanyakan siapa yang memberi, ia
malah tersenyum dan menjawab dengan jawaban yang tak ku mengerti. Aku menerima
saja.
Sebelum keluar
kelas, aku berikan bingkisan itu pada anak-anak di kelasku. Mereka awalnya
menerima, tapi sampai di pintu aku dihadang mereka. Sambil heboh dan teriak-teriakh,
mereka memaksaku untuk membawa kresek itu karena makanan ini adalah memang diberikan
untukku.
Hahaha. Ada-ada
saja ulah anak-anak kecil ini~
*Selesai menulis
pada Rabu, 20 Juli 2022 pukul 23.18 WIB.

0 Komentar