Trending

6/recent/ticker-posts

Catatan BMs (22) : Pengalaman Pertama Kali Masuk di Lembaga Formal MTs Nurur Rahmah dan TPQ Al-Mahasin

 

 

Sebagaimana catatan BMs sebelumnya, pada keesokan harinya atau pada hari ini (Rabu, 20 Juli 2022), aku akan masuk bantu-bantu di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Jadid. Seharusnya aku dan Anam kesana bersama, tapi dia pagi tadi sakit. Akhirnya aku berangkat sendirian menggunakan celana.

Rencananya kami sepakat mau pakai sarung, karena Anam tidak ada celana yang cocok untuk digunakan sebagaimana yang dipakai para guru ketika masuk ke sekolah itu, kamipun sepakat pakai sarung saja. Sedangkan yang ada celananya itu hanyalah aku.

Masak kami berangkat bareng, sedangkan aku pakai celana dan Anam pakai sarung. Tidak juga kan ? Biar bareng. Biar sama dan biar Anam ada temannya.

Pagi tadi, aku tidak mandi. Hahaha. Karena tadi garap tulisan, lalu kira-kira sepuluh menit sebelum  jam setengah delapan, aku persiapan. Nasi bungkusan dari dhalem sebenarnya sudah ada. Tapi tadi aku tidak sarapan. Takut telat. Hari Rabu ini adalah hari perdana aku masuk. Masak mau telat ?

Akhirnya aku tidak sarapan. Persiapan seadanya dan berangkat. Disana aku langsung bertemu Pak Salehuddin. Kepala MTs yang kemarin ke pondok. Aku langsung diarahkan ke kantor. Duduk-duduk di ruang tamu. Disitu sudah ada seorang laki-laki tua yang kemudian aku berbicang-bincang padanya.

Duh, aku lupa namanya. Cukup ramah dan aku cukup akrab padanya. Setiap kali bertemu, kami pun saling sapa. Tadi ba’da maghrib saat menghadiri tahlilan di tetangga ini, aku bertemu beliau lagi. Kami saling sapa dan aku pun bersalaman pada bapak itu.

Hari pertama masuk lembaga itu, aku tidak langsung disuruh ngajar. Hal ini berbeda sekali dengan pengalaman Topek di SMK. Katanya, ia tadi disuruh ngajar dasar-dasar komputer. Bhahaha.

Kata Anam, “kok bisa Topek disuruh ngajar dasar-dasar komputer, sedangkan di Ma’had Aly, ia jurusan dapur dan pembangunan”. Wkwkwk.

Tadi aku di suruh desain struktur dan jadwal piket kelas. Guru-guru itu minta didesainkan dengan ukuran 80 x 100 cm. Seperti biasa, aku desain saja pakai canva. Di ruangan itu aku tidak sendirian. Ada dua orang guru perempuan yang tidak aku kenal dan seorang guru laki-laki. Ia bernama Pak Zainullah. Biasa dipanggil Pak Zen.

Jadi tugas desain itu, selain dari Ust. Udin, juga bersumber dari Pak Zen. Tadi ia minta nomer WA-ku dan ia langsung mengirim file berisi struktur dan jadwal piket. Tadi cukup lama desain proyeknya. Soalnya kan perdana dan aku belum pernah desain sebagaiamana dua proyek itu.

Pukul setengah dua belas tiba. Para siswa MTs Nuru Rahmah persiapan melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Pak Zen lalu pulang. Tampaknya ‘ngantor’ hari ini selesai. Aku pun ditanya Ust. Udin, selesai tidaknya. Ditawarin untuk pulang dan naik sepeda bersama. Maksudnya, aku diantarkan ke pondok pakai sepedanya. Aku mengiyakan saja.

Sesampai di pondok, aku langsung buka nasi bungkusan tadi pagi. Belum ku makan. Aku lapar. Saat ‘ngantor’ tadi, aku mau izin ke pondok untuk sarapan tapi tidak enak. Sekali lagi aku tidak enak. Izin-izin begitu.

Selain itu, pengalaman hari ini adalah aku tadi ngajar ke TPQ Al-Mahasin atas instruksi Ust. Udin. Aku tidak sendirian. Aku bersama Ust. Taufiq Sidogiri ke TPQ pakai sepeda smash milik Gus Hadi yang biasa digunakan pengurus untuk keperluan pondok.

Aku mengajar di kelas yang saat itu materinya adalah menulis bahasa arab. Anak-anak yang masuk kelas itu hanya sedikit. Empat perempuan dan tiga orang laki-laki. Kata salah satu dari mereka, sebenarnya murid kelas ini banyak, tapi banyak yang tidak masuk karena ada tetangga yang sedang ada hajatan. Entah itu pernikahan atau tunangan.

Sebenarnya aku tidak ada jam mengajar di TPQ, tapi berhubung siang itu oleh Ust. Udin kami disuruh ke sana untuk mengajar, akhirnya kami berdua berangkat. Kata Ust. Udin, guru-guru disini tidak masuk semua karena menghadiri acara tetangga.

Mengajar anak-anak harus ekstra sabar memang. Semenjak baru masuk hingga kelas berakhir, anak-anak ini tidak luput dari teriak-teriak saling menyalahkan antara laki-laki dan perempuan. Aku coba memahami dan memaklumi sambil berdo’a dalam hati: semoga jadi generasi-generasi Islam yang membanggakan.

Selesai mengajar, aku dan Ust. Taufiq diberi sebuah kresek yang berisi makanan ringan, mi dan air oleh anak kecil yang ada di luar kelas. Aku tanyakan siapa yang memberi, ia malah tersenyum dan menjawab dengan jawaban yang tak ku mengerti. Aku menerima saja.

Sebelum keluar kelas, aku berikan bingkisan itu pada anak-anak di kelasku. Mereka awalnya menerima, tapi sampai di pintu aku dihadang mereka. Sambil heboh dan teriak-teriakh, mereka memaksaku untuk membawa kresek itu karena makanan ini adalah memang diberikan untukku.

Hahaha. Ada-ada saja ulah anak-anak kecil ini~

 

*Selesai menulis pada Rabu, 20 Juli 2022 pukul 23.18 WIB.

Posting Komentar

0 Komentar