Sudah dua hari berlalu, aku tidak
menulis catatan di blog. Kemarin, aku mendapat pesan WA dari Mas Agus untuk menulis
lagi di website miliknya. Artikel dakwah keislaman popular tentang shopee pay
later. Jadi bertambahlah tugasku. Selain menulis di blog, sesekali menulis
artikel ringan itu.
Terkadang, aku heran pada
orang-orang yang dapat mengatur waktu dan memprioritaskan kegiatan dengan
sebaiknya. Padahal secara umur itu tidak jauh beda denganku. Kok mereka bisa ya
? haha.
Tak apa. Mari kita coba sekali
lagi. Just doi, eh, Just do it.
Hari ini hari Jum’at (15/09). Barusan
aku selesai mengaji kitab Khulashoh Ushul Fikih karya Syekh Hasan Hitou
kepada Gus Imdad Rabbani. Di awal ngaji, bacaanku ada yang salah dan beliau langsung
memberi nasehat: dimutholaah lagi pelajarannya ya. Mutholaah itu maksudnya juga
pelajara yang sudah berlalu. Diulangi kembali, dibaca lagi dan lagi.
Hah. Aku yang tadi sempat
terbersit perasaan “siap” setoran kitab ketika perjalanan ke sana, akhirnya
perasaan itu harus gugur seketika karena banyak hal yang harus aku siapkan. Diantaranya pelajaran:
mengulangi pelajaran yang telah berlalu.
Baik ketika berangkat dan pulang
ngaji, aku selalu berpikir: Allah, Allah. Engkau yang mentakdirkan aku ngaji.
Entah, engkau akan mentakdirkan aku apa lagi bentar lagi, nanti dan seterusnya.
Aku bersyukur ditakdirkan ngaji, suka ngaji seperti sekarang ini. Banyak orang ditakdir
ingin ngaji tapi malah ditakdir sakit/udzur sehingga tidak ngaji atau bahkan
ditakdir tidak suka kegiatan ngaji. Kegiatan ilmu dan keilmuan.
Hah. Entahlah, biar Engkau saja yang
mengurus hidup ini Ya Rabb. Meski terkadang aku tak paham maksud dari semua
ini, semoga aku tetap berbaik sangka, tidak gampang menilai buruk dan selalu
bersyukur atas semua yang telah Kau rencanakan.
Aku ingin menulis catatan ngaji
barusan, yakni tentang Khos dan Mutlak - Muqoyyad. Ada beberapa catatan penting,
tapi buku catatan itu sudah ku taruh di kamar. Sedangkan aku menulis ini di
kantor. Malas untuk mengambil buku catatan itu.
Seperti biasa, setelah ngaji,
beliau membuka pertanyaan. Umum. Setelah bertanya terkait materi-materi ushul
fikih, aku juga konsultasi soal TA dan kuliah S2. Aku meminta maaf karena tidak
ketemu beliau saat mengantarkan SK beliau jadi pembimbing. Alhamdulillah, beliau
memaafkan.
Lalu, terkait kuliah S2, nah, aku
cerita dulu perjalanan sowan ku. Mulai sowan ke Ra Fayyadl ingin ikut Program
Kaderisasi Ulama (PKU) Gontor, lalu tidak diizini oleh Ra Barizi, lalu sowan ke
Ra Fayyadl lagi, disuruh sowan ke pengasuh dan Kiai Fadhol. Sudah ke pengasuh,
ada beberapa tempat yang disebutkan.
Beliau menyarankan ke Yaman,
tidak ke Mesir. Sedangkan yang ke Kia Fadhol, beliau setuju untuk memperbanyak
ulama karena saat ini banyak ulama yang sudah meninggal. Tapi beliau tidak
setuju bila lanjut ke KPU.
Kiai Fadhol menyebutkan nama
pesantren Sarang, Maslakul Huda dan juga ke Yaman. Setelah itu, aku sowan lagi ke
Ra Fayyadl, beliau menyetujui tapi juga menyarankan aku mondok ke Gus Mus.
Butuh kedekatan pada beliau. Kalau ke Gus Mus, “saya ingin nyantri juga”, tutur Ra Fayyadl padaku.
Ra Amak sebenarnya setuju ke Yaman,
tapi diakhir beliau juga memberi opsi ke Lirboyo dan ke Syiria. Di akhir,
beliau juga tidak memberikan keputusan ke mana. “Nanti dah, sambal cari-cari”.
Yang jelas, aku ingin pengabdian
di ma’had aly ini hanya satu tahun saja. Aku ingin kuliah ke mana-mana, sejauh
mungkin. Cari ilmu, pengalaman dan bekal nanti. Baik ketika sudah ke masyarakat
bahkan sangu ke akhirat nanti. Mumpung ibu masih ada, aku mau belajar
mati-matian, meski harus dipaksa dengan keadaan.
0 Komentar