Trending

6/recent/ticker-posts

Definisi, Orientasi dan Bedah Istilah Fikih, Ushul Fikih dan Kaidah Fikih

 

1. Definisi ushul fikih itu ada dua tinjauan : 

a. Idhofiah, kata “ushul fikih” tersusun dari dua kata, yakni ushul dan fikih. Ushul secara mudahnya adalah pondasi (sesuatu yang menjadi dasar agar dibangun sesuatu diatas), sedangkan fikih adalah paham. 

b. Ilmiah :
- Menurut naskah klasik :
أدلة الفقه الإجمالية و طرق استفادة جزئياتها وحال مستفيدها
Artinya : dalil-dalil fikih yang global, tata cata mengambil faidah dari dalil-dalil juz’i (partikular) serta keadaan orang yang menambil faidah (mujtahid/mufti) 

- Menurut naskah kontemporer :
العلم بالقواعد والبحوث التي يتوصل الى استفادة الاحكام الشرعية العملية من أدلتها التفصيلية او هي مجموعة القواعد والبحوث التي يتوصل الى استفادة الاحكام الشرعية العملية من أدلتها التفصيلية
Artinya : ilmu dengan (kumpulan) kaidah-kaidah serta pembahasan-pembahasan yang mengantarkan kepada mengambil faidah hukum-hukum syara’ yang praktis yang diambil dari dalil-dalil terperinci. 

Jadi, secara simpelnya, cakupan dari ushul fikih sesuai definisi di atas itu ada tiga, yakni :
a. أدلة الفقه الإجمالي / dalil fikih ijmaliyah, yakni dalil-dalil fikih yang global/universal.
b. طرق استفادة جزئياتها / thuruq istifadati juz’iyyatiha, yakni proses/tata cara mengambil faidah dari dalil-dalil terperinci.
c. حال مستفيدها, halu mustafidiha, yakni keadaan orang yang mengambil faidah, yakni) 

Penjelasan : 

1. dalil fikih ijmaliyah (dalil fikih yang global)

Contoh simpelnya adalah lafadz “أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ”. Lafadz tersebut merupakan dalil tafshili karena terperinci (bukan global) hanya membahas tentang sholat. Sedangkan bila kita tinjau dari lafadz “أقيموا”, maka lafadz ini merupakan dalil ijmali. Mengapa disebut ijmali ? karena lafadz tersebut menujukkan perintah yang global. Masih kemungkinan wajib, sunah atau bahkan mubah. Nah, dalam ushul fikih, kajiannya adalah dalil ijmali yang diterapkan pada dalil tafshili. 

Sehingga, bila kita tinjau dalam ilmu ushul fikih, ada kaidah yang berbunyi, “الأمر للوجوب”, yang artinya lafadz amr itu menunjukkan perintah. Sehingga, dari kaidah ushul ini (لأمر للوجوب) yang kemudian diterapkan pada dalil ijmali lafadz “اقيموا” diatas, menghasilkan kesimpulan hukum syara’ (fikih) berupa kewajiban shalat. 

2. thuruq istifadati juz’iyyatiha (metode mengambil faidah dari dalil tersebut)

Masih dengan contoh diatas, lafadz “الصلاة” itu –dalam tinjauan ushul fikih- merupakan lafadz ‘am yang berarti menujukkan keumuman. Karena masih umum, maka timbul pertanyaan: dalam ayat tersebut, yang dimaksud adalah sholat apa ? 

Maka dari lafadz ‘am ini butuh mukhossis (sesuatu yang mengkhususkan), yakni berupa dalil al-Qur’an :
ان الصلاة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا
Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. an-Nisa : 103) 

Sehingga dari proses penggalian dalil dan memunculkan suatu kesimpulan berdasarkan contoh singkat diatas, maka dapat diartikan bahwa: sholat itu hukumnya wajib. Sedangkan kata sholat yang dimaksud barusan adalalah sholat wajib lima waktu. 

3. halu mustafidiha (Keadaan Mujtahid)

Maksudnya adalah keadaan orang yang mengambil faidah ushul fikih, seperti syarat/sifat mufti (mujtahid) dan mustafti (muqollid).

2. Orientasi Ushul Fikih (Ghayah al-Maqshudah) 
 
Menerapkan kaidah dan teori ushul fiqh pada dalil-dalil tafsili agar memahami hukum yang dikandung. Dengan kaidah ushul fiqh al-Qur’an dan al-Sunnah dipahami, dengan itu juga hukum diketahui, dengan ushul fiqh pula jika ada taarudh (kontradiksi) dalam dalil bisa diketahui dan dicarikan titik temunya (tarjih). 

Sebenarnya, kalau kita lihat di naskah akademik dan power point yang dibuat oleh Ust. Husain Fahasbu pada pertemuan perdana ini, pematerian pertama belum tuntas sepenuhnya. Pematerian berhenti di pembahasan orientasi ushul fikih lalu pembahasan berlanjut pada sesi-tanya jawab. Pada sesi ini, forum sempat menyinggung terkait perbedaan fikih, ushul fikih dan kaidah fikih.
 
Secara gampangnya, perumpamaan ushul fikih ini ibarat pabrik yang menghasil produk-produk tertentu. Produk ini namanya fikih. dari sekian banyak produk hukum (fikih) ini, lalu dibuatlah kardus-kardus atau wadah-wadah yang jika kita butuh sewaktu-waktu, tinggal lihat kodenya. Nah kode-kode ini dinamakan kaidah fikih. 

Sedangkan bedah istilah secara teoritis, akan penulis ungkap sebagaimana berikut.
Secara istilah, Ushul fikih Mengandung kaidah-kaidah ushuliyah yang digunakan sebagai petunjuk untuk ijtihad atau istinbath (ushul fiqh sebagai ilmu alat). Bahasan ushul fiqh berkaitan dengan dalil-dalil yang bersifat global (al-Adillah al-Ijmaliyah). 

Sedangkan fikih merupakan ilmu yang Mengandung hukum-hukum (furu’) permasalahan fiqhiyah. Bahasan dalam fikih berkaitan dengan prilaku mukallaf (af’al al-Mukallafin). Adapaun kaidah fikih merupakan sekumpulan kaidah yang mengandung kasus-kasus cabang fikih. Secara fungsi dibuat untuk menghimpun beberapa kasus fikih menjadi satu kaidah yang memudahkan untuk diingat. 

Barangkali ini saja rangkuman atau resume materi pertemuan perdana dari kelompok al-Mustashfa. Tulisan ini tentu sangat jauh dari kata sempurna, tegur sapa dari pembaca budiman sangat diperlukan oleh penulis. Sekian terimakasih. Wassalam.
 
 

Posting Komentar

0 Komentar