Trending

6/recent/ticker-posts

Catatan BMs (23): Cerita Persiapan Pelantikan Pengurus dan Wali Asuh


Hari kamis (21/07) adalah hari ke dua ku masuk ke MTs Nurur Rahmah. Kali ini aku bersama Anam. Aku tidak sendirian lagi. Pagi hari itu, kami ngetes siswa baru untuk pengelompokan pembinaan al-Qur’an. Lalu ketika agak siang, kami dipanggil oleh kepala madrasah dan Bu Aiysah untuk diberi jadwal mengajar.

Aku pegang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sedangkan Anam mengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Fikih. jadwal mata pelajaran IPS itu lebih banyak daripada mata pelajaran Fikih dan SKI. Tapi untuk beberapa hari yang kosong -dari mata pelajaran yang diampu Anam-, Anam bisa ngajar IPS gantian dengan  diriku.

Setelah urusan dan kewajiban dengan madrasah itu selesai, kami pun pulang. Para santri dan ustadz sudah berada di musholla. Sudah siap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Aku dan Anam tidak berjama’ah di musholla. Aku langsung makan, karena pada pagi hari tadi tidak sarapan. Sedangkan Anam langsung mandi.

Setelah sholat berjama’ah sholat, aku bertanya pada Ust. Muhib yang menjadi penjab dekorasi – bersama Topek untuk mempersiapkan acara nanti malam. Acara pelantikan pengurus dan wali asuh Pondok Pesantren Nurur Rahmah dan Wali Asuh periode 2022/2023. Sebagaimana yang aku tulis sebelumnya, aku jadi pendamping devisi bendahara dan devisi keamanan. Ada info baru lagi: aku jadi wali asuh kamar bawah.

Sedikit tambahan, para santri di sini terbagi jadi tiga kamar: kamar bawah dan atas, kamar selatan (kamar pengurus). Sedangkan kamar ustadz itu berada di sebelah kamar pengurus. Para ustadz tadi malam juga dilantik, sebagai pendamping pengurus sekaligus wali asuh.

Persiapan mengadakan acara pelantikan itu tentu ada lika-liku. Dari lika-liku itu, setidaknya pengalaman-pengalaman ini memberiku pelajaran bahwa :

1. Jangan menjadi orang yang tidak bertanggung jawab. Bila dipasrahi suatu pekerjaan, kerjakan dengan maksimal. Amanah. Dapat dipercaya. Seandainya kamu tidak bisa melaksanakannya, maka berilah konfirmasi. Mohon maaf karena tidak memenuhi harapan. Jangan malah sebaliknya.

2. Bila kamu dalam keadaan sulit dan semua orang meninggalkanmu, maka yakinlah bahwasanya Allah sendiri yang akan menolongmu.

3. Belajar skill baru itu penting. Agar kita tidak stuck dan mandek pada apa-apa yang kita kuasai hari ini. Alhamdulillah, kekecewaan dulu saat minta tolong pada teman untuk mendesainkan sesuatu, lalu ia tidak bisa karena banyak alasan dari sibuk hingga penolakan murni, akhirnya hal ini menggerakkanku untuk belajar desain. Meski tidak memakai aplikasi corel draw dan belum sebagus para desainer expert corel, setidaknya aku tau cara buat baner, pamflet dan konten-konten instagram.

Kemarin, aku bingung untuk panggung nanti mau dikasih apa ? dekorasinya gimana ? masak mau polosan dan kosongan saja ? kan tidak.

Akhirnya aku musyawarah dengan ustadz yang lain. Kalau mau mau  proses dekor, pakai sterofom dan lain sebagainya sesuai dengan keahlian Ust. Muhib, butuh waktu dan biaya yang lumayan. Lumayan  lama dan banyak pengeluaran. Sedangkan Topek -yang juga penjab dekor- saat itu tidur pulas dan  sulit untuk dibangungkan, akhirnya kami memutuskan untuk membuat banner.

Nah, buat banner ini perlu proses lagi. Aku yang desain di canva harus cari templat dan re-desain template tersebut. Diskusi menentukan ukuran dan pertimbangan keuangan pondok untuk cetak banner tersebut. Juga, desakan mengajar pada pukul 14.00 WIB dan lain sebagainya.

Hah. Cukup lelah sih. 



Lika-liku itu, tidak mengenakkan. Tapi sebagaimana dawuh Gus Baha’, “hidup itu kresane gusti Allah”. Selesai. Jangan berpikiran macam-macam. Sore hari setelah diniyah, sekitar pukul setengah lima sore, aku juga harus melewati drama pengambilan baner.

Topek yang saat itu sudah bangun saat diniyah siang, sekitar jam dua siang, ketika sore hari dipasrahi untuk mengambil banner ia menyanggupi. Tapi setelah ashar, ia keluar. Nanti setelah diniyah sudah ku peringatkan bahwa nanti ambil banner. Ternyata, setelah diniyah ia tak kunjung datang.

Akupun berusaha meminjam sepeda pada Ust. Udin karena disini kebetulan tidak ada sepeda. Aku telfon beliau dan beliau mengiyakan. Beliau menyuruh agar aku menyuruh santri untuk mengambil sepeda motor di rumahnya Ust. Udin.

Setelah ada sepedanya, Topek datang. Setelah disuruh untuk keluar, ia mengelak dan menjawab, “kan kamu (aku/alfin) yang kamu keluar”. Aku sudah membalasnya, “sekarang kan sudah ada kamu pek. Kamu tadi yang menyanggupi ambil banner”. Dan, Topek saat itu dipanggil oleh Ning Iin yang kebetulan sedang ada di depan dhalem. Bincang-bincang bersama Neng Iin.

Akhirnya, aku berangkat bersama Ust. Muhib. Biasanya, jam lima sore itu percetakan baner sudah tutup. Akhirnya ketika perjalanan aku ngebut. Mengejar waktu. Entah berapa kali kami membahayakan pengendara sepeda motor lainnya. Di jalan itu, aku sempat ‘dipisuhi’ oleh orang gara-gara aku yang ngebut dan ugal.

Setelah ambil banner, beli voucer paket data keperluan Ust. Mujhib, nge-print dan lain sebagainya, akhirnya aku kembali ke pondok. Di tengah perjalanan itu, aku sempat ditelfon oleh Ust. Taufiq karena dicari oleh Neng Iin. Maaf neng. Alhamdulillah, kami sampai sekitar jam setengah tujuh kurang beberapa menit dengan selamat. 

Singkatnya, aku tetap mengawal persiapan acara tersebut. Dari MC, Qori’ dan perlengkapan lainnya. Malam itu, acara agak molor. Hah, malam itu merupakan ujian lapangan untuk bersabar. Acara kemudian berlangsung, foto-foto dan lain sebagainya. acara selesai. Aku bersyukur dan rasanya semua beban menyiapkan acara tadi, terbayar lunas.

Maaf bila kurang sabar Ya Rabb~



Posting Komentar

0 Komentar