Ritual malam hariku
di lokasi BMs sementara ini adalah tidur awal dan bangun awal. Lalu dilanjut
dengan dengerkan lagunya Tulus yang “Hati—Hati di Jalan”, sambil menulis diary
buat di blog. Sekali lagi ini diary, catatan ringan harian. Bukan untuk lomba
esay, apalagi dalam rangka mengirim tulisan artikel keislaman di media-media
nasional sebagaimana percakapan yang biasa aku bahas soal kepenulisan.
Catatan hari
ke-empat ini, alhamdulillah, dari beberapa target yang ditetapkan pada awal
hari tadi, ada beberapa yang terlaksana. Seperti belajar fathul mu’in, buat link
bio dari canva -meski untuk pribadi dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk target
kegiatan yang belum terlaksana itu desain cover buku arudh (angkatan), desain
promosi ‘coming soon’ buku-buku angkatan, buat akun media sosial daerah riyadhussholihin
Pesantren Nurur Rahmah ini. Jadi ada empat ya.
Eh, setelah aku cek listnya lagi, kurang satu: garap proyek angkatan yang
munakahat. Tentang kajian idealisme pernikahan ditinjau dari hukum fikih dan
hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk poin terakhir, dapat arahan dari Pak
Ije, mursyid/dosen di Ma’had Aly agar aku buat template model penulisan di buku
itu. Sehingga tiap tulisan di tiap bab-nya dalam buku tersebut, memiliki
karakter tersendiri.
Doakan cepat
selesai ya kawan~
Jadi total PR aku
itu ada lima. Tadi pagi hingga sekitar pukul 10, aku menghabiskan waktu rapat
dengan guru tugas yang ada di sini soal pembagian tugas harian. Lalu merapikan
file tersebut hingga pukul sebelas. Persiapan sholat dhuhur, lalu berjama’ah
dan setelah sholat langsung belajar fathul mu’in.
Ya sebenarnya tidak pas langsung belajar. Diselingi scroll hp di media
sosial, setelah itu selesai. Juga, sebenarnya ba’da dhuhur itu rasanya ngantuk
banget. Ingin tidur tapi ada target yang perlu diselesaikan. Akhirnya dipaksakan
juga tidak tidur.
Sekitar jam 2 itu,
Ust. Syarifuddin datang ke kamar mengkonfirmasi kami terkait siapa yang akan
mengajar di TPQ sebelah pondok, mengajar di pusat dan mengajar al-miftah di
diniyah sore hari disini. Sebagaimana sedikit yang telah aku bahas ditulisan
kemarin.
Akhirnya aku
terpilih mengajar di pusat, Topek di TPQ sebelah pondok dan Anam mengajar al-miftah
di diniyah sore hari disini. Sebenarnya, kami itu sebelum ada Ust. Syarifuddin
datang, tidak ada kesepakatan soal ini. Tapi karena Anam tidur, akhirnya aku
yang menentukan di tempat mana peserta BMs mengajar sore hari itu. Anam aku
pilihkan di diniyah disini. Mau tidak mau Anam harus mau karena sudah
dilaporkan ke Ust. Syarifuddin itu. Hahaha.
Tadi, juga Ust. Syarifuddin
cerita bahwa ia pernah kuliah di Universitas Nurul Jadid (UNUJA). Se angkatan
dengan Ust. Rosi dan juga kenal dengan Ust. Mustain. Ia adalah alumnus
mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Ia tidak mondok, hanya sesekali main
ke pondok -pas kuliah itu.
Tapi, sore itu kami
tidak langsung aktif dan mengisi kegiatan se-padat dua guru tugas itu. Kami sore
masih kosong, malam-pun kami juga kosong. Makanya tadi aku tidur duluan karena
tidak ada kewajiban apa-apa.
Untuk hasil rapat
tadi pagi, kami belum sempat membahas soal pembekalan organisasi & menejemen
pesantren, program unggulan BMs dan kegiatan Praktik Kompetensi Mahasantri (PKM).
Untuk program unggulan kami ini belum nemu. Program apa kiranya, yang bila
tidak ada kami, kegiatan itu tetap berjalan ?
Sedangkan untuk PKM,
kami juga masih remang-remang. Kapan hari Gus Hadi yang akan berbicara dan
menjadi mediator kepada siapa saja kami akan bisa mengadakan kerjasama. Tapi sampai
saat ini belum ada kejelasan. Mungkin masih ada beberapa yang perlu disiapkan
untuk membahas PKM ini.
Tadi aku juga dengar
info dari Anam, bahwa hari jum’at yang akan datang, akan tidak jauh berbeda
dari hari jum’at kemarin. Kami insyaallah akan diajak ke masyakarat lagi
untuk mengisi suatu acara. Barangkali format acaranya tidak jauh berbeda. Ada yang
mengisi mauidhoh hasanah, doa dan pembacaan istighotsah/yasin-tahlil/rotibul
haddad.
Barangkali
begitu.
Semua persiapan,
strategi dan konsep, bila tidak disertai izin dan takdir Allah yang
menggerakkan semua ini, barangkali BMs dan PKM ini tidak akan lancar hingga
detik ini berlangsung. Matur nuwun gusti. La haula wa la quwwata illa
billahil ‘aliyyil ‘adhim.
Tadi aku juga mulai
ngajar. Mengajar al-Qur’an ba’da maghrib di musholla sebagaimana jadwal yang
telah ditetapkan. Ngajarnya gantian. Sehari, tepatnya ba’da maghrib dan shubuh,
aku ngajar. Lalu besoknya tidak ngajar dan diganti Ust. Taufiq dari Sidogiri itu.
Oh ya, pada tulisan
kali ini aku juga mau cerita unek-unek, bahwa tadi ba’da isya’ aku diserang
pikiran yang menggelisahkan hati. Diantaranya seperti ini:
Aduh gimana kegiatan
PKM ini kok belum jelas. Aduh gimana ini, kok sering nganggur, padahal semua
fasilitas, jamuan serta pelayanan dari pihak tuan rumah lebih dari cukup. Kami merasa
diistimewakan. Sampai tak enak hati bila masih malas-malas dan telat ketika
mengikuti kegiatan, seperti sholat berjama’ah. Baik sholat fardhu maupun sunah.
Aku coba
menenangkan diri dengan membuka youtube, belajar mem-branding lembaga/instansi
di media sosial itu bagaimana caranya. Sebagaimana target aktivitas apa saja
yang harus aku selesaikan hari ini. Tapi sinyal lemot dan hal ini semakin
menambah mood-ku memburuk.
Aku coba lagi
mengalihkan perhatian dengan membaca buku “filosofi teras” karya Pak Henry
Manampiring. Dapat beberapa halaman, aku tiba-tiba agak pusing. Seolah-olah jiwaku
tidak hadir di kamar saat itu. Aku lupa menghadap ke mana, di belakang aku ada
siapa dan saat ini pukul berapa. Entah ini karena khusyuk atau memang karena
capek. Soalnya tadi siang cukup ngantuk, dan hak tubuh ini tak terpenuhi. Duh,
kasian. Tidak ada jalan lain lagi: aku tidur awal. Pukul delapan itu. Lalu
bangun sekitar jam sebelas kurang lima belas menitan itu.
Bangun tidur, aku
masih kepikiran kegiatan BMs. Di grup, teman-teman yang lain share kegiatan
masing-masing lokasi BMs yang kebetulan mereka ada acara besar, seperti wisuda,
pengajian umum hingga demonstrasi nubzdatul bayan.
Haah. (menghela
nafas sejenak)~
Juga, yang jadi
keresahan lagi, adalah perihal aktivasi akun media sosial daerah ini. Daerah Riyadhussholihin,
Pondok Pesantren Nurur Rahmah, Sambirampak Lor, Kotaanyar, Probolinggo ini.
Sebenarnya, aku dan
Anam sekedar bisa buat konten. Belum ahli-ahli banget dan profesional dalam
mengelola akun lembaga. Dan, hal ini sudah aku utarakan ke Ust. Syarifuddin. Tapi
beliau tetap antusias untuk menghidupkan akun medsos daerah ini.
Bahkan, ketika aku
bilang bahwa, sebelum buat konten, kami perlu bahan terkait validasi data
kepesantrenan, beliau langsung merespon agar para guru tugas, peserta BMs serta
pihak tuan rumah nanti biar dibuatkan grup. Supaya koordinasinya lebih mudah
dan tidak perlu langsung ketemua.
Tadi grup itu sudah
dibuat, tapi belum ada percakapan berlangsung. Sebelum Gus Hadi masuk grup itu,
aku sudah mengirimkan file pdf hasil rapat internal disini. Lalu, selang
beberapa jam, Ust. Syarifuddin menambahkan Gus Hadi di grup itu.
Aduh, semakin canggung diri ini. Mungkin besok kami hendak siapkan mental untuk
pendekatan-komunikasi supaya terjalin sama-sama enak antar berbagai
pihak nggh gus. Gampangnya “koordinasi”-lah. Lha soalnya kami santri
biasa, beliau gus sekaligus tuan rumah disini. Ya jelas sungkan toh.
Lalu gimana ini aku
masih insekyur bila masih kurang profesional dalam membuat konten desain.
Cuma sekedar bisa. Padahal, kalau boleh jujur, keadaan seperti ini tidak boleh
dibiarkan. Kalau diingat-ingat lagi, aku juga sering mengalami banyak hal yang
tidak ideal. Setelah dpikir-pikir, ternyata aku mendapati kesimpulan, “kita
harus mengakrabi ketidak idealan”.
Terjadi artinya, hal-hal
yang berpotensi tidak ideal, perlu perbaikan dan kemungkinan besar akan terjadi
kesalahan itu harus kita lewati semua. Kita harus belajar dari kesalahan, memeluk
luka penyesalan. Tujuan dari semua ini adalah mengahbiskan kuota gagal itu pada
masa muda.
Bahas insecurity,
aku jadi ingat kata-kata Lutfi, “jangan menunggu hebat untuk memulai, tapi
mulailah untuk menjadi hebat”. Jadi ingat juga kata-kata Agil, “jangan takut
salah, karena takut itu salah”. Juga jadi ingat kata-kata saya sendiri yang
biasa aku ucapkan kalau memotivasi junior, “tidak ada yang langsung hebat dan
sempurna. Semua pernah mengalami kesalahan dan kegagalan”.
Baiklah. Dengan selesainya
catatan singkat ini, semoga keadaan jiwa serta mental menjadi lebih baik. Kita
semakin nyaman dengan kehidupan yang kita jalani dan selalu dapat meng-upgrade
kualitas diri kta menjadi lebih berkualitas lagi. Amiin. Sekian terimakasih.
Catatan BMs hari
ke empat. (Sabtu, 02 Juli 2022).
Selesai menulis pukul
00:16. Ahad, 03 Juli 2022.
.png)
0 Komentar