Trending

6/recent/ticker-posts

Catatan BMs (4): Tidak Ada Yang Langsung Hebat Dan Sempurna, Semua Pernah Mengalami Kesalahan Dan Kegagalan


 

Ritual malam hariku di lokasi BMs sementara ini adalah tidur awal dan bangun awal. Lalu dilanjut dengan dengerkan lagunya Tulus yang “Hati—Hati di Jalan”, sambil menulis diary buat di blog. Sekali lagi ini diary, catatan ringan harian. Bukan untuk lomba esay, apalagi dalam rangka mengirim tulisan artikel keislaman di media-media nasional sebagaimana percakapan yang biasa aku bahas soal kepenulisan.

Catatan hari ke-empat ini, alhamdulillah, dari beberapa target yang ditetapkan pada awal hari tadi, ada beberapa yang terlaksana. Seperti belajar fathul mu’in, buat link bio dari canva -meski untuk pribadi dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk target kegiatan yang belum terlaksana itu desain cover buku arudh (angkatan), desain promosi ‘coming soon’ buku-buku angkatan, buat akun media sosial daerah riyadhussholihin Pesantren Nurur Rahmah ini. Jadi ada empat ya.

Eh, setelah aku cek listnya lagi, kurang satu: garap proyek angkatan yang munakahat. Tentang kajian idealisme pernikahan ditinjau dari hukum fikih dan hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk poin terakhir, dapat arahan dari Pak Ije, mursyid/dosen di Ma’had Aly agar aku buat template model penulisan di buku itu. Sehingga tiap tulisan di tiap bab-nya dalam buku tersebut, memiliki karakter tersendiri.

Doakan cepat selesai ya kawan~

Jadi total PR aku itu ada lima. Tadi pagi hingga sekitar pukul 10, aku menghabiskan waktu rapat dengan guru tugas yang ada di sini soal pembagian tugas harian. Lalu merapikan file tersebut hingga pukul sebelas. Persiapan sholat dhuhur, lalu berjama’ah dan setelah sholat langsung belajar fathul mu’in.

Ya sebenarnya tidak pas langsung belajar. Diselingi scroll hp di media sosial, setelah itu selesai. Juga, sebenarnya ba’da dhuhur itu rasanya ngantuk banget. Ingin tidur tapi ada target yang perlu diselesaikan. Akhirnya dipaksakan juga tidak tidur.

Sekitar jam 2 itu, Ust. Syarifuddin datang ke kamar mengkonfirmasi kami terkait siapa yang akan mengajar di TPQ sebelah pondok, mengajar di pusat dan mengajar al-miftah di diniyah sore hari disini. Sebagaimana sedikit yang telah aku bahas ditulisan kemarin.

Akhirnya aku terpilih mengajar di pusat, Topek di TPQ sebelah pondok dan Anam mengajar al-miftah di diniyah sore hari disini. Sebenarnya, kami itu sebelum ada Ust. Syarifuddin datang, tidak ada kesepakatan soal ini. Tapi karena Anam tidur, akhirnya aku yang menentukan di tempat mana peserta BMs mengajar sore hari itu. Anam aku pilihkan di diniyah disini. Mau tidak mau Anam harus mau karena sudah dilaporkan ke Ust. Syarifuddin itu. Hahaha.

Tadi, juga Ust. Syarifuddin cerita bahwa ia pernah kuliah di Universitas Nurul Jadid (UNUJA). Se angkatan dengan Ust. Rosi dan juga kenal dengan Ust. Mustain. Ia adalah alumnus mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA). Ia tidak mondok, hanya sesekali main ke pondok -pas kuliah itu.

Tapi, sore itu kami tidak langsung aktif dan mengisi kegiatan se-padat dua guru tugas itu. Kami sore masih kosong, malam-pun kami juga kosong. Makanya tadi aku tidur duluan karena tidak ada kewajiban apa-apa.

Untuk hasil rapat tadi pagi, kami belum sempat membahas soal pembekalan organisasi & menejemen pesantren, program unggulan BMs dan kegiatan Praktik Kompetensi Mahasantri (PKM). Untuk program unggulan kami ini belum nemu. Program apa kiranya, yang bila tidak ada kami, kegiatan itu tetap berjalan ?

Sedangkan untuk PKM, kami juga masih remang-remang. Kapan hari Gus Hadi yang akan berbicara dan menjadi mediator kepada siapa saja kami akan bisa mengadakan kerjasama. Tapi sampai saat ini belum ada kejelasan. Mungkin masih ada beberapa yang perlu disiapkan untuk membahas PKM ini.

Tadi aku juga dengar info dari Anam, bahwa hari jum’at yang akan datang, akan tidak jauh berbeda dari hari jum’at kemarin. Kami insyaallah akan diajak ke masyakarat lagi untuk mengisi suatu acara. Barangkali format acaranya tidak jauh berbeda. Ada yang mengisi mauidhoh hasanah, doa dan pembacaan istighotsah/yasin-tahlil/rotibul haddad.

Barangkali begitu.

Semua persiapan, strategi dan konsep, bila tidak disertai izin dan takdir Allah yang menggerakkan semua ini, barangkali BMs dan PKM ini tidak akan lancar hingga detik ini berlangsung. Matur nuwun gusti. La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim.

Tadi aku juga mulai ngajar. Mengajar al-Qur’an ba’da maghrib di musholla sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan. Ngajarnya gantian. Sehari, tepatnya ba’da maghrib dan shubuh, aku ngajar. Lalu besoknya tidak ngajar dan diganti Ust. Taufiq dari Sidogiri itu.

Oh ya, pada tulisan kali ini aku juga mau cerita unek-unek, bahwa tadi ba’da isya’ aku diserang pikiran yang menggelisahkan hati. Diantaranya seperti ini:

Aduh gimana kegiatan PKM ini kok belum jelas. Aduh gimana ini, kok sering nganggur, padahal semua fasilitas, jamuan serta pelayanan dari pihak tuan rumah lebih dari cukup. Kami merasa diistimewakan. Sampai tak enak hati bila masih malas-malas dan telat ketika mengikuti kegiatan, seperti sholat berjama’ah. Baik sholat fardhu maupun sunah.

Aku coba menenangkan diri dengan membuka youtube, belajar mem-branding lembaga/instansi di media sosial itu bagaimana caranya. Sebagaimana target aktivitas apa saja yang harus aku selesaikan hari ini. Tapi sinyal lemot dan hal ini semakin menambah mood-ku memburuk.

Aku coba lagi mengalihkan perhatian dengan membaca buku “filosofi teras” karya Pak Henry Manampiring. Dapat beberapa halaman, aku tiba-tiba agak pusing. Seolah-olah jiwaku tidak hadir di kamar saat itu. Aku lupa menghadap ke mana, di belakang aku ada siapa dan saat ini pukul berapa. Entah ini karena khusyuk atau memang karena capek. Soalnya tadi siang cukup ngantuk, dan hak tubuh ini tak terpenuhi. Duh, kasian. Tidak ada jalan lain lagi: aku tidur awal. Pukul delapan itu. Lalu bangun sekitar jam sebelas kurang lima belas menitan itu.

Bangun tidur, aku masih kepikiran kegiatan BMs. Di grup, teman-teman yang lain share kegiatan masing-masing lokasi BMs yang kebetulan mereka ada acara besar, seperti wisuda, pengajian umum hingga demonstrasi nubzdatul bayan.

Haah. (menghela nafas sejenak)~

Juga, yang jadi keresahan lagi, adalah perihal aktivasi akun media sosial daerah ini. Daerah Riyadhussholihin, Pondok Pesantren Nurur Rahmah, Sambirampak Lor, Kotaanyar, Probolinggo ini.

Sebenarnya, aku dan Anam sekedar bisa buat konten. Belum ahli-ahli banget dan profesional dalam mengelola akun lembaga. Dan, hal ini sudah aku utarakan ke Ust. Syarifuddin. Tapi beliau tetap antusias untuk menghidupkan akun medsos daerah ini.

Bahkan, ketika aku bilang bahwa, sebelum buat konten, kami perlu bahan terkait validasi data kepesantrenan, beliau langsung merespon agar para guru tugas, peserta BMs serta pihak tuan rumah nanti biar dibuatkan grup. Supaya koordinasinya lebih mudah dan tidak perlu langsung ketemua.

Tadi grup itu sudah dibuat, tapi belum ada percakapan berlangsung. Sebelum Gus Hadi masuk grup itu, aku sudah mengirimkan file pdf hasil rapat internal disini. Lalu, selang beberapa jam, Ust. Syarifuddin menambahkan Gus Hadi di grup itu.

Aduh, semakin canggung diri ini. Mungkin besok kami hendak siapkan mental untuk pendekatan-komunikasi supaya terjalin sama-sama enak antar berbagai pihak nggh gus. Gampangnya “koordinasi”-lah. Lha soalnya kami santri biasa, beliau gus sekaligus tuan rumah disini. Ya jelas sungkan toh.

Lalu gimana ini aku masih insekyur bila masih kurang profesional dalam membuat konten desain. Cuma sekedar bisa. Padahal, kalau boleh jujur, keadaan seperti ini tidak boleh dibiarkan. Kalau diingat-ingat lagi, aku juga sering mengalami banyak hal yang tidak ideal. Setelah dpikir-pikir, ternyata aku mendapati kesimpulan, “kita harus mengakrabi ketidak idealan”.

Terjadi artinya, hal-hal yang berpotensi tidak ideal, perlu perbaikan dan kemungkinan besar akan terjadi kesalahan itu harus kita lewati semua. Kita harus belajar dari kesalahan, memeluk luka penyesalan. Tujuan dari semua ini adalah mengahbiskan kuota gagal itu pada masa muda.

Bahas insecurity, aku jadi ingat kata-kata Lutfi, “jangan menunggu hebat untuk memulai, tapi mulailah untuk menjadi hebat”. Jadi ingat juga kata-kata Agil, “jangan takut salah, karena takut itu salah”. Juga jadi ingat kata-kata saya sendiri yang biasa aku ucapkan kalau memotivasi junior, “tidak ada yang langsung hebat dan sempurna. Semua pernah mengalami kesalahan dan kegagalan”.

Baiklah. Dengan selesainya catatan singkat ini, semoga keadaan jiwa serta mental menjadi lebih baik. Kita semakin nyaman dengan kehidupan yang kita jalani dan selalu dapat meng-upgrade kualitas diri kta menjadi lebih berkualitas lagi. Amiin. Sekian terimakasih.

 

Catatan BMs hari ke empat. (Sabtu, 02 Juli 2022).

Selesai menulis pukul 00:16. Ahad, 03 Juli 2022.

Posting Komentar

0 Komentar