Barusan padahal aku sudah tidur terlelap. Lalu bangun karena mimpi buruk. Dalam hati, aku bergumam, “barangkali ini karena aku tidur tidak dalam keaddaan punya wudhu’ (suci)”. Atau bisa juga karena tugas menulis ini belum rampung. haha.
Ada tiga kisah yang ingin aku sampaikan
malam ini.
Pertama, soal pembagian tugas.
Malam jum’at itu, setelah kegiatan selesai, kami
diajak rapat bersama tuan rumah yang diwakili Gus Hadi, Ust. Syarifuddin dan
satu lagi, sosok yang tidak aku ketahui namanya. Selan kami bertiga (peserta
BMs), 3 orang dari pihak tuan rumah, rapat itu juga bersama dengan guru tugas
dari Sidogiri dan Karangpanas itu.
Malam itu kami bicara pembagian kelas, yang semuala
hanya ada dua kelas yang ditangani oleh dua guru tugas, Ust. Muhibbin dan
Ust. Taufiq, kini harus dipecah menjadi lima karena ada tenaga baru dari kami.
Pembagian kelas ini berlaku pada Kegiatan Belajar dan
Mengajar (KBM) pagi dan malam hari. Pagi dari setengah enam sampai jam enam. Kegiatan
ini menggantikan kegiatan rutin biasanya, yakni takriran nadzam. KBM diisi
dengan praktik membaca kitab.
Sedangkan kegiatan malam itu dari pukul delapan hingga
sepuluh malam. Dari -kurang lebih- dua puluh satu santri ini, mereka akan dibagi menjadi
lima kelompok. Ada kelompk juz 2, kelompok pra juz 2 dan 3 kelompk juz 1.
Entah kapan pembagian kelas ini akan dimulai, yang
jelas pembagian kelas ada setelah tes-an yang dilakukan oleh para santri dan
ustadz sebagaimana panduan dalam metode al-miftah.
Sedangkan KBM sore, atau kalau istilah di Ma’had Aly
itu akademik, disini istilahnya diniyah, itu ada dua sesi. Dari pukul 14.00 WIB
s/d 15.00 WiB. dan juga, dari pukul 15.30 s/d 16.30 WIB. untuk KBM ini, kelas
tetap dibagi menjadi dua sebagaimana sistem yang berjalan dan telah ada.
Bagi peserta BMs, dibutuhkan satu tenaga, sedangkan
dua lainnya dari kami akan ditugas mengajarr di lembaga lain, seperti Taman
Pendidikan al-Qur’an (TPQ) hingga lembaga formal di pusat. Entah, siapa dari
kami bertiga mau mengajar disini. Yang jelas, dari kami bertiga mereka ingin
mengajar di luar (tidak disini).
Untuk diniyah sore itu. Mereka ingin keluar. Tambah pengalaman.
Tapi aku akn koordinatornya, ya keputusan bila tidak ada kata mufakat, ya aku
0seharusnya- yang memutuskan.
Cerita ke dua, soal istighitsah
dadakan ba’da jum’atan.
Perlu diketahu, bahwa kami disini dikasih makan tiga
kali dalam sehari. Pagi, siang dan sore hari. Untuk siang tadi, setelah sholat
jum’at, kami langusng dipakon (disuruh, red) untuk makan ke dhalem.
Dari kami berlima, hanya Topek yang tidak makan. Ia puasa.
Mungkin pusa Dzulhijah. Kamipun berempat menuju ke dhalemi. Antara aku
dan Anam, ia lebih cepat selesai duluan soal makan. Saat masih ngin hendak
menyemurnakan makan yang tinggal beberapa suapan, tiba-tiba Anam bilang bahwa
aku disuruh ikut istightsah.
Aku awalnya tidak terlalu menghiraukan. Aku bingung
kok ada istighotsah siang-siang. Aku tanya ke Ust. Muhibbin tidak ada istighotsah.
Ya sudah aku santai-santai saja. tiba-tiba, Topek masuk ke dhalem. Sambil
menunjukkan muka terburu-burunya, ia mengajakku cepetan untuk ikut istighotsah.
Akhirnya aku bergegas. Jadi, aku, Anam dan Topek
diajak Gus Hadi. Entah ke mana. Di desa yang cukup jauh dari pondok. Agak masuk-masuk
rumahnya. Di tengah perjalanan di jalan yang tak sepenuhnya baik itu -karena di
desa mungkin ya-, tiba-tiba Gus Hadi yang saat itu menggonceng Anam berhenti sejenak.
Beliau bilang bahwa, “bentar lagi akan ada istighotsah
ustadz. Nanti ada yang mimpin. Sebelum itu, ada muidhoh. Nanti terserah
siapan yang mengisi.”
Waduh, ini dadakan mainnya. Kami bertiga tolah-toleh. Saling
tunjuk siapa yang akan mengisi mauidhoh kepada masyarakat. Akhirnya mereka
sepakat aku yang mengisinya dikarenakan aku koordinator kelompok.
Ya, tak apalah. Meski ketar-ketir, aku
nanti bisa belajar.
Untungnya saat itu ada HP. Meski dengan agak panik,
karena materi belum siap apa-apa, juga internet yang tidak ada sinyal, akhirnya
aku mengusakan cari materi di grup-grup keagamaan. Di perjalanan, bukannya
menikmati asrinya desa ini, malah keringat dingin cari materi mauidhoh bentar
lagi.
Sampai di lokasi, aku langsung menuju kamar mandi. Kalau
sekarang bukan untuk cari materi, tapi memang hendak buang air kecil. Tap setelah
keluar kamar mandi, ada waktu sejenak untuk cari-cari materi. Setelah dirasa
cukup, kami pun diantar menuju rumah yang agak jauh dan masuk-masuk. Ternyata lokasi
istighotsahnya masih ke selatan.
Sesampai di tempat, telah berkumpul bapak-bapak,
ibu-ibu, pemudi dan beberapa anak kecil ikut hadir dalam acara tersebut. Aku masih
sibuk menyiapkan materi sebelum benar-benar dipanggil dan dihaturi untuk
bicara.
Setelah tiba waktunya, akupun menggunakan waktu itu
sebisanya. Semampunya. Aku bicara keutamaan bulan dzulhijah dan anjuran untuk
berpuasa dihari tarwiyah-arofah. Setelah selesai, alhamdulillah, semua lancar
dan aman. Lalu acara dilanjutkan dengan pembacaan istighiotsah (rotibul haddad,
red) yang dipimpin Topek dan do’a dipimpin Anam.
Untuk materinya barangkali bisa saya sertakan disini ya. Barangkali ada yang membutuhkan :
📖 Kajian tentang Puasa Tarwiyah dan Arofah 📖
(صوم يوم التروية كفارة سنة، وصوم يوم عرفة كفارة سنتين) (أبو الشيخ في الثواب وابن النجار) عن ابن عباس
Puasa hari tarwiyah menghapus dosa setahun dan puasa hari arofah menghapus dosa dua tahun.
Dalam redaksi lain,
(صوم يوم عرفة كفارة السنة الماضية والسنة المستقبلة) (طس) عن أبي سعيد - (صح)
Puasa arofah menghapus dosa satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang.
👉 Maksud terhapusnya dosa satu tahun yang akan datang:
قد استشکل تكفير ما لم يقع وهو ذنب السنة الأتية وأجيب بأن المراد أنه يوفق فيها لعدم الإتيان بذنب، وسماه تكفيرا لمناسبة الماضية أو أنه إن اوقع فيها دنبا وُفِّق للاتيان بما يكفره
Sungguh janggal penghapusan dosa yang belum terjadi, yaitu dosa di tahun yang akan datang. Hal itu dijawab: bahwa yang dimaksud adalah dia mendapatkan pertolongan (taufiq) di tahun itu agar tidak melakukan dosa. Diistilahkan dengan takfir agar sesuai dengan kata sebelumnya. atau seandainya dia melakukan dosa pada tahun itu, dia mendapat pertolongan untuk melakukan amal yang bisa menghapusnya. (Subulus salam)
👉 Dosa apa yang terhapus?
والمكفر: الصغائر التي لا تتعلق بحق الآدمي، إذ الكبائر لا يكفرها إلا التوبة الصحيحة . وحقوق الآدمي متوقفة على رضاه
Yang terhapus adalah dosa-dosa kecil yang tidak berkaitan dengan hak adami, sebab dosa besar tidaklah terhapus kecuali dengan taubat bersungguh-sungguh, sedangkan hak adami tergantung atas kerelaan yang terkait. (I'anatut tholibin)
👉 Kenapa dua tahun?
(فائدة) الحكمة في كون صوم يوم عرفة بسنتين وعاشوراء بسنة، أن عرفة يوم محمدي - يعني أن صومه مختص بأمة محمد - صلى الله عليه وسلم - - وعاشوراء موسوي، ونبينا محمد أفضل الأنبياء - صلوات الله عليهم أجمعين - فكان يومه بسنتين.
(Faedah) hikmah adanya puasa arofah menghapus dosa dua tahun, bahwa arofah adalah hari khusus ummat nabi muhammad, sedangkan asyura adalah hari khusus ummat nabi musa, dan nabi Muhammad lebih utamanya para nabi, sehingga hari beliau bisa menghapus dosa dua tahun. (I'anatut tholibin)
👉 Bisa Puasa Arofah berarti masih bisa hidup setahun lagi.
وفي تكفير هذه السنة إشارة إلى أنه لا يموت فيها، في ذلك بشرى. وقد نقل ذلك المدابغي عن ابن عباس، وعبارته: (فائدة) قال ابن عباس - رضي الله عنهما - وهذه بشرى بحياة سنة مستقبلة لمن صامه، إذ هو - صلى الله عليه وسلم - بشر بكفارتها، فدل لصائمه على الحياة فيها، إذ هو - صلى الله عليه وسلم - لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى
Dalam penghapusan dosa tahun ini (satu tahun kedepan) terdapat isyarat bahwa dia tidak akan mati pada tahun itu, itu merupakan kabar bahagia, imam al-madabighi menukil dari sahabat ibn Abbas, redaksinya: (faedah) ibn Abbas R.A berkata: ini merupakan kabar bahagia bagi orang yang berpuasa Arofah bahwa dia masih hidup setahun kedepan. Sebab Nabi Saw. Memberi kabar terhapusnya dosa di tahun itu, hal ini menunjukkan bahwa orang yang berpuasa arofah masih hidup ditahun itu, sebab nabi tidaklah mengucapkan menurut keinginannya, melainkan itu adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (I'anatut tholibin)
👉 Hewan buas ikut puasa Arofah
قال ع ش: ورد في بعض الأحاديث أن الوحوش في البادية تصومه، حتى أن بعضهم أخذ لحما وذهب به إلى البادية ورماه لنحو الوحوش، فأقبلت عليه ولم تأكل، وصارت تنظر إلى الشمس وتنظر إلى اللحم، حتى غربت الشمس أقبلت إليه من كل ناحية.
Dalam kisah dikatakan bahwa hewan liar ikut puasa arofah, sampai ada sebagian orang membawa daging ke hutan dan melemparkannya ke arah hewan liar, merekapun menghadap namun anehnya daging itu tidak dimakan, mereka disitu sambil menanti matahari tenggelam. dan disaat matahari sudah tenggelam, hewan liar dari berbagai penjuru mulai memakan daging itu. (I'anatut tholibin)
Cerita ke tiga, ini tentang secuil
kisah: fenomena kehilangan uang dan adanya tuyul di wilayah ini.
Sejak dengar cerita ini dari Fabil, pengurus sekaligus
santri senior disini, aku jadi agak-agak tidak nyaman. Rasanya ada yang
membayangi terus. Soalnya tadi ba’da isya’, aku sempatkan untuk bincang-bincang
santai dengan senemunya santri. Ternyata dia yang mendekat dan kamipun jadi
duduk bersama.
Kami membincang pergaulan bebas, yakni fenomena
ngoplos dan minum-minuman keras di daerah sini (dulu), kegiatan sehari-hari
sampai kasus terbaru, yakni seringnya santri kehilangan uang. Untuk dua poin
awal, sebenarnya info yang sudah saya dengar sebelumnya dari Mas Deny dan juga
Gus Hadi ataupun daru dua guru tugas yang baik itu.
Untuk breaking news para santri yang kehilangan
uang itu, sebelumnya saya dengar dari Ust. Taufiq. Ya mungkin teman
sekamarnya sendiri. Siapa lagi ? jarang ada orang lain masuk ke sini.
Tapi, dari cerita Fabil, saya sedikit kaget karena
katanya ada tuyul disini. Setelah beberapa kali ada santri yang kehilangan
uang, sampai Ust. Syarifuddin turun langsung. Ia mengultimatum para santri,
bila ketemu siapa yang mencuri akan dikeluarkan secara paksa.
Sedikit catatan: Ust. Syarifuddin ini adalah pengurus
senior yang sudah berkularga dan menetap di sekitar pondok. Beliau menjadi orang
yang menangan beberapa bagian diniyah di pondok ini. Tak heran, bila ia
memberikan dekrit seperti itu.
Setelah berjalan beberapa waktu, ada seorang santri
kesurupan atau kemasukan tuyul. Ia bilang bahwa yang bicara ini bukan orang
aslinya (santri itu). Ia bilang, bahwa kehilangan uang para santri ini bukan manusia
yang mencurinya, tapi tuyul.
Tuyul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB() adalah
makhluk halus yang konon berupa bocah gundul, dapat diperintah untuk mencari
orang yang memeliharanya untuk mencuri uang dan sebagainya.
Kata Fabil, bahwa santri itu pernah mengamalkan sesuatu
yang ada di aliran yang pernah ia ikuti. Saya lupa namanya. Sedangkan tuyulnya
ini adalah pemberian dari gurunya itu. Makhluk itu, selain bicara soal uang
yang hilang milik para santri, ia juga bilang pada para santri agar tidak bercanda
di musholla, karena musholla itu bukan tempat sembarangan.
Ketika ngerasani makhlik halus itu, saya jadi agak
ketir-ketir gimana. Hahaha. Takutnya makhluk itu sedang asyik mendengarkan dan
menyiapkan rencana. Bahkan ketika saya menulis ini. Hihih..
Tapi semuanya ada di tangan Allah. Perkuat iman, ilmu
dan amal. Semoga kita selalu dalam lindungannya. Amiin.
Lanjut~
Ketika ditanya, kapan kejadian itu. Fabil menjawab,
bahwa kejadian ini berlangsung sekitar dua minggu lalu, sebelum saya ada mengabdi
disini.
Tadi, Fabil juga cerita bahwa dulu disini ada guru
tugas dari Sidogiri, ada orang yang mencuri hp guru tugas itu. Saat selesai pengabdian
dan masa guru tugas, dari pihak tuan rumah saat perpisahan berlangsung, memberikan
cinderamata atau kenang-kenangan berupa HP baru bagi ustadz tersebut.
Untuk paragraf barusan hanya tambahan
saja ya~. heheuy
Baiklah. Semoga baik-baik saja semua. Semuan semangat
dan selalu dalam keadaan lindungan rahmat, taufik dan ‘inayah-Nya. Amiin.
Paiton, 02 Juli 2022.
Catatan untuk hari ke tiga BMs. Jum’at,
01 Juli 2022.
.png)
0 Komentar