Kalau dikalkulasi, antara di tempat BMs dan di
Ma’had Aly, ya enakan di tempat tugasan. Meski masih satu hari, ya kok
enak rasanya. Haha. Disini semua disediakan. Dari kendaraan, makanan
hingga berbagai fasilitas lainnya. Tapi ya begitu. Ini cobaan. Ada makna
dibalik ini semua: harus mengabdi dengan semangat. Jangan terbuai dengan
berbagai fasilitas yang ada. Justru fasilitas yang ada ini semakin malah
membuat tak nyamanan (tak enak sendiri, red).
Tapi yang jelas,
diantara banyak waktu kosong disini, ada banyak hal yang bisa aku kerjakan.
Bisa belajar kitab, ngerjakan proyek buku milik angkatan, nulis catatan BMs,
nulis laporan BMs di buku laporan, desain konten akun thoriqotuna dan BEMs
hingga buat konten instagram milik pribadi. Intinya banyak hal positif yang
bisa dilakukan disini. Asal mau bergerak di jalur positif tanpa harus mengganggu
kewajiban yang ada disini, insyaallah bisa produktif dan aman-aman saja.
Hah. Tadi pagi, aku, Anam dan Topek main-main ke Mas Deny. Kakak kelas di
bangku aliyah yang kebetulan rumahnya dekat dengan pesantren ini. Tinggal
beberapa langkah, kami pun sampai. Kamipun jadi bincang-bincang santai. Dari
pesantren Nurul Yaqin, Nururrohmah hingga desa kresek (desa yang saya
tempati BMs ini, red) tak luput dari perbincangan.
Sambil menikmati
suasana pagi di desa yang asri ini, tiba-tiba ada santri Nururrohmah naik
sepeda menghampiri. “Tadz, epakon de’er (disuruh makan, red). Duh,
sebegitunya pelayanan dari pesantren ini.
Saya jadi ingat
saat kemarin, saat penyerahan peserta BMs kepada tuan rumah di Pesantren
Nururrohmah, lalu kami dihaturi untuk makan secara prasmanan. Kata Pak Suli
kepadaku, “barokahnya ilmu”. Maksudnya, diistimewakan begini karena keberkahan ilmu.
Duh-duh. Semakin
rendah pribadi ini. Belum seberapa kok sudah mendapatkan keistimewaan
begini. Mbuh wes. Aku gak mau meneruskan. Berat urusannya kalau
dibandingkan dengan kapasitas serta kualitas pribadi ini. Duh duh~
0 Komentar