-untuk selanjutnya disingkat hanya BMs-
Tulisan ini ditulis pada keesokan harinya.
Seharusnya tulisan BMs ini ditulis pada hari itu. Tapi kemarin tidak menulis,
entah sengaja atau memang kurng komitmen, akhirnya tulisan yang seharusnya
kemarin sudah rampung saya coba menuntaskannya sekarang.
Biasanya saya
menulis di buku harian atau buku diary. Tapi sayang, buku itu tidak ada saat
akan aku bawa BMs. Tesingsal mungkin. Duh, eman aku. Disitu ada buku,
pulpen h-tec yang sangat berharga bagi santri juga kenang-kenangan yang ada di
dalamnya. Di buku itu, juga ada foto kecil keluargaku. Kenang-kenangan foto
bersama sebelum aku dan adikku balik ke pondok bulan mei lalu.
Tapi biarlah. Semoga
nanti ketemu. Lalu ku jemput dan bisa ku bawa ke tempat BMs. Oh ya, tempat BMs
ku tidak terlalu jauh dari pondok. Masih kecamatan paiton. Aku BMs di kotaanyar, desa Srambirampak Lor. Tepatnya di Pondok Pesantren Nururrohmah. Ustadzah Ais atau
kakak kelasku dua tahun di Ma’had Aly itu adalah neng di sini. Masih keluarga
pengasuh. Kalau tidak salah, Ustadzah Ais itu adalah cucu pendiri pesantren
ini, KH. Zainul Mu’in.
Adik dari Ustadzah
Ais, Neng Iin, menikah dengan Gus Hadi. Gus Hadi ini yang
menjadi kepala daerah atau pemangku di daerah pondok yang aku tempati. Di
Pesantren Nururrohmah ini, jadi aku tidak di pondok pusat, tapi di pondok
cabang atau daerah lain. tapi masih dalam satu naungan pesantren juga pengasuh.
Pengasuh sekarang itu adalah Kiai Hafidz yang merupakan putra dari pendiri.
Untuk silsilah
keluarga dhalem di sini, saya kurang begitu paham.
Sebenarnya sudah
diceritakan oleh Gus Hadi, tapi karena banyak nama dan -mungkin masih banyak
yang asing- jadi tidak langsung ingat. Mungkin, efek banyak maksiat jadinya
begini. Astaghfirullahal ‘Adzim 33x.
Oh ya, aku BMs sama
Topek dan Anam. Nama yang tidak asing lagi kan bagi mahasantri Ma’had Aly.
Baiklah. Saya kenalin sekilas. Topek nama aslinya Muhammad Taufiq. Asal dari
Maron, Brani Kulon. Dekat Paiton sana.
Kalau Anam nama
aslinya itu Moh. Sayyidul Anam. Asal dari Besuki, Kec. Widoro Payung. Rumahnya
berada di kaki gunung yang ada di Besuki. Alhamdulillah, saya pernah sampai ke
rumah mereka berdua. Tinggal gantian, kapan mereka ke rumah saya.
Kemarin itu, kami
tidak berangkat sendirian (kelompok kami sendiri). Kami juga berangkat bareng
dengan kelompok sebelah. Mereka ditugaskan ke Pesantren Nurul Yaqin. Mereka itu
adalah Sutan Batara Dalimonte, Moh. Farhani dan Lutfillah. Untuk nama terakhir
ini, dia sedang sidang skripsi di Universitas Nurul Jadid (UNUJA) dengan judul,
“Spesifikasi Akad Dalam Investasi Perspektif Dr. Said al-Khotslan”. Begitu
judulnya kalau tidak salah.
Mari doakan sukses
dan lancar. Sebenarnya saya mau ke UNUJA. Mau nemenin dia sidang seperti
kebanyakan teman-teman lainnnya, kalau ada yang sidang nanti foto-foto dan
bawakan buket gitu. Hahaha. Acara-acara yang kurang esensial sebenarnya,
tapi untuk sekedar mempererat tali persaudaraan, tak apalah kan ? tapi disini
saya masih baru. Mau keluar-keluar izin itu gak enak beut.
Biarlah. Doa jarak
jauh saja.
Nah, kemarin ini
berangkatnya kami bareng. Diteman Ust. Naufal sebagai panitia BMs juga Pak Suli
selaku Mursyid Pendamping Lapangan (MPL), kami menaiki mobil milik pesantren.
Kami ke Pesantren Nurul Yaqin terlebih dahulu. Mengantarkan Lutfi, Farhani dan
Sutan, lalu berlanjut ke Pesantren Nurur Rohmah.
![]() |
| Dari kiri: Ust. Naufal, Taufiq, Gus Hadi (Tuan Rumah), Ust. Suliyanto (MPL), Anam dan Aku :D |
Sampai disini, kami
tiba sekitar pukul dua siang. Setelah penyerahan oleh MPL dan panitia, kami
langsung diantar menuju ke kamar. Di daerah ini, ternyata bukan hanya kami yang
melakukan pengabdian, tapi juga ada dua guru tugas juga. Mereka disini sejak
bulan syawal lalu.
Adalah Ustadz
Taufiqurrahman dari Pesantren Sidogiri, juga Ustadz Muhibbin dari Pesantren
Karang Panas (cabang dari Sidogri). Ke dua pesantren ini sama-sama berada di
Pasuruan. Kami santai-santai dulu, sore kamu dihaturi makan lagi. Padahal tadi
ketika baru penyerahan ke tuan rumah, kami sudah makan. Dua kali malahan. Di
Nurul Yaqin dan di Nururrohmah.
Kami sholat berjama’ah
sebagaimana biasa. Ba’da maghrib pengenalan sejenak kepada seluruh santri,
setelah sholat isya’, sekitar pukul 20.00 WIB. kami dipangggil menuju dhalem
(rumah, red). Aku saat itu baru datang dari luar. Beli kartu buat paketan
data. Setelah sampai di pondok, aku pun menyusul ke dhalem juga.
Menyusul Anam dan Taufiq yang lebih dulu ke sana.
Kami
bincang-bincang sekilas soal kegiatan pesantren, jumlah santri, sistem yang ada
di sini dan juga kekurangan-kelemahan yang seharusnya diperbaiki. Selain itu,
Gus Hadi juga bincang potensi kegiatan kemasyarakat disini. Hanya saja, beliau
ingin mengonfirmasi beberapa organisasi kemasyarakatan disni, seperti Banser
dan Fatayat (muslimatan) untuk lebih jelasnya. Nanti untuk urusan teknis dan
bentuk kegiatannya bisa diserahkan kami.
Hingga hari ke dua,
detik ini (pukul 10:04 WIB), 30 Juni 2022, kami belum menemukan program yang
tepat dan pas. Entahlah. Yang jelas, nanti malam, guru tugas-peserta
BMs-pengurus setempat akan mengadakan rapat soal pembagian tugas. Harapan mudir
dan pengurus atau tuan rumah setempat intinya sama: adanya kemanfaatan dan
dampak yang luar biasa bagi ke dua belah.
Semoga berkah,
lancar dan semangat terus. Amiin.
.png)

0 Komentar