Trending

6/recent/ticker-posts

Catatan BMs (1): Buku Diary Yang Tidak Ada Hingga Perkenalan ke Tuan Rumah

 




Catatan Hari Pertama Bakti Mahasantri (BMs) dan Praktik Kompetensi Mahasantri (PKM) (Sabtu, 29 Jun 2022)

-untuk selanjutnya disingkat hanya BMs-

Tulisan ini ditulis pada keesokan harinya. Seharusnya tulisan BMs ini ditulis pada hari itu. Tapi kemarin tidak menulis, entah sengaja atau memang kurng komitmen, akhirnya tulisan yang seharusnya kemarin sudah rampung saya coba menuntaskannya sekarang.

Biasanya saya menulis di buku harian atau buku diary. Tapi sayang, buku itu tidak ada saat akan aku bawa BMs. Tesingsal mungkin. Duh, eman aku. Disitu ada buku, pulpen h-tec yang sangat berharga bagi santri juga kenang-kenangan yang ada di dalamnya. Di buku itu, juga ada foto kecil keluargaku. Kenang-kenangan foto bersama sebelum aku dan adikku balik ke pondok bulan mei lalu.

Tapi biarlah. Semoga nanti ketemu. Lalu ku jemput dan bisa ku bawa ke tempat BMs. Oh ya, tempat BMs ku tidak terlalu jauh dari pondok. Masih kecamatan paiton. Aku BMs di kotaanyar, desa Srambirampak Lor. Tepatnya di Pondok Pesantren Nururrohmah. Ustadzah Ais atau kakak kelasku dua tahun di Ma’had Aly itu adalah neng di sini. Masih keluarga pengasuh. Kalau tidak salah, Ustadzah Ais itu adalah cucu pendiri pesantren ini, KH. Zainul Mu’in.

Adik dari Ustadzah Ais, Neng Iin, menikah dengan Gus Hadi. Gus Hadi ini yang menjadi kepala daerah atau pemangku di daerah pondok yang aku tempati. Di Pesantren Nururrohmah ini, jadi aku tidak di pondok pusat, tapi di pondok cabang atau daerah lain. tapi masih dalam satu naungan pesantren juga pengasuh. Pengasuh sekarang itu adalah Kiai Hafidz yang merupakan putra dari pendiri.

Untuk silsilah keluarga dhalem di sini, saya kurang begitu paham.

Sebenarnya sudah diceritakan oleh Gus Hadi, tapi karena banyak nama dan -mungkin masih banyak yang asing- jadi tidak langsung ingat. Mungkin, efek banyak maksiat jadinya begini. Astaghfirullahal ‘Adzim 33x.

Oh ya, aku BMs sama Topek dan Anam. Nama yang tidak asing lagi kan bagi mahasantri Ma’had Aly. Baiklah. Saya kenalin sekilas. Topek nama aslinya Muhammad Taufiq. Asal dari Maron, Brani Kulon. Dekat Paiton sana.

Kalau Anam nama aslinya itu Moh. Sayyidul Anam. Asal dari Besuki, Kec. Widoro Payung. Rumahnya berada di kaki gunung yang ada di Besuki. Alhamdulillah, saya pernah sampai ke rumah mereka berdua. Tinggal gantian, kapan mereka ke rumah saya.

Kemarin itu, kami tidak berangkat sendirian (kelompok kami sendiri). Kami juga berangkat bareng dengan kelompok sebelah. Mereka ditugaskan ke Pesantren Nurul Yaqin. Mereka itu adalah Sutan Batara Dalimonte, Moh. Farhani dan Lutfillah. Untuk nama terakhir ini, dia sedang sidang skripsi di Universitas Nurul Jadid (UNUJA) dengan judul, “Spesifikasi Akad Dalam Investasi Perspektif Dr. Said al-Khotslan”. Begitu judulnya kalau tidak salah.

Mari doakan sukses dan lancar. Sebenarnya saya mau ke UNUJA. Mau nemenin dia sidang seperti kebanyakan teman-teman lainnnya, kalau ada yang sidang nanti foto-foto dan bawakan buket gitu. Hahaha. Acara-acara yang kurang esensial sebenarnya, tapi untuk sekedar mempererat tali persaudaraan, tak apalah kan ? tapi disini saya masih baru. Mau keluar-keluar izin itu gak enak beut.

Biarlah. Doa jarak jauh saja.

Nah, kemarin ini berangkatnya kami bareng. Diteman Ust. Naufal sebagai panitia BMs juga Pak Suli selaku Mursyid Pendamping Lapangan (MPL), kami menaiki mobil milik pesantren. Kami ke Pesantren Nurul Yaqin terlebih dahulu. Mengantarkan Lutfi, Farhani dan Sutan, lalu berlanjut ke Pesantren Nurur Rohmah.



Dari kiri: Ust. Naufal, Taufiq, Gus Hadi (Tuan Rumah), Ust. Suliyanto (MPL), Anam dan Aku :D

Sampai disini, kami tiba sekitar pukul dua siang. Setelah penyerahan oleh MPL dan panitia, kami langsung diantar menuju ke kamar. Di daerah ini, ternyata bukan hanya kami yang melakukan pengabdian, tapi juga ada dua guru tugas juga. Mereka disini sejak bulan syawal lalu.

Adalah Ustadz Taufiqurrahman dari Pesantren Sidogiri, juga Ustadz Muhibbin dari Pesantren Karang Panas (cabang dari Sidogri). Ke dua pesantren ini sama-sama berada di Pasuruan. Kami santai-santai dulu, sore kamu dihaturi makan lagi. Padahal tadi ketika baru penyerahan ke tuan rumah, kami sudah makan. Dua kali malahan. Di Nurul Yaqin dan di Nururrohmah.

Kami sholat berjama’ah sebagaimana biasa. Ba’da maghrib pengenalan sejenak kepada seluruh santri, setelah sholat isya’, sekitar pukul 20.00 WIB. kami dipangggil menuju dhalem (rumah, red). Aku saat itu baru datang dari luar. Beli kartu buat paketan data. Setelah sampai di pondok, aku pun menyusul ke dhalem juga. Menyusul Anam dan Taufiq yang lebih dulu ke sana.

Kami bincang-bincang sekilas soal kegiatan pesantren, jumlah santri, sistem yang ada di sini dan juga kekurangan-kelemahan yang seharusnya diperbaiki. Selain itu, Gus Hadi juga bincang potensi kegiatan kemasyarakat disini. Hanya saja, beliau ingin mengonfirmasi beberapa organisasi kemasyarakatan disni, seperti Banser dan Fatayat (muslimatan) untuk lebih jelasnya. Nanti untuk urusan teknis dan bentuk kegiatannya bisa diserahkan kami.

Hingga hari ke dua, detik ini (pukul 10:04 WIB), 30 Juni 2022, kami belum menemukan program yang tepat dan pas. Entahlah. Yang jelas, nanti malam, guru tugas-peserta BMs-pengurus setempat akan mengadakan rapat soal pembagian tugas. Harapan mudir dan pengurus atau tuan rumah setempat intinya sama: adanya kemanfaatan dan dampak yang luar biasa bagi ke dua belah.

Semoga berkah, lancar dan semangat terus. Amiin.

Posting Komentar

0 Komentar